KEBERKAHAN HIDUP
Setiap orang tentu saja ingin memperoleh keberkahan dalam hidupnya di dunia ini. Karena itu kita selalu berdo’a dan meminta orang lain mendo’akan kita agar segala sesuatu yang kita miliki dan kita upayakan memperoleh keberkahan dari Allah Swt. Secara harfiyah, berkah berarti an nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah, ini berarti Berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya. Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh keberkahan yang diidamkan itu.
Namun, Allah Swt tidak sembarangan memberikan keberkahan kepada manusia. Ternyata, Allah hanya akan memberi keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Janji Allah untuk memberikan keberkahan kepada orang yang beriman dan bertaqwa dikemukakan dalam firman-Nya yang artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS 7:96).
Apabila manusia, baik secara pribadi maupun kelompok atau masyarakat memperoleh keberkahan dari Allah Swt, maka kehidupannya akan selalu berjalan dengan baik, rizki yang diperolehnya cukup bahkan melimpah, sedang ilmu dan amalnya selalu memberi manfaat yang besar dalam kehidupan. Disilah letak pentingnya bagi kita memahami apa sebenarnya keberkahan itu agar kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya.
BENTUK KEBERKAHAN
Secara umum, keberkahan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman bisa kita bagi kedalam tiga bentuk. Pertama, berkah dalam keturunan, yakni dengan lahirnya generasi yang shaleh. Generasi yang shaleh adalah yang kuat imannya, luas ilmunya dan banyak amal shalehnya, ini merupakan sesuatu yang amat penting, apalagi terwujudnya generasi yang berkualitas memang dambaan setiap manusia. Kelangsungan Islam dan umat Islam salah satu faktornya adalah adanya topangan dari generasi yang shaleh. Generasi semacam itu juga memiliki jasmani yang kuat, memiliki kemandirian termasuk dalam soal harta dan bisa menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Keberkahan semacam ini telah diperoleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya yang ketika usia mereka sudah begitu tua ternyata masih dikaruniai anak, bahkan tidak hanya Ismail yang shaleh, sehat dan cerdas, tapi juga Ishak dan Ya’kub. Di dalam Al-Qur’an keberkahan semacam ini diceritakan oleh Allah yang artinya: Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’kub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku aka melairkan anak, padahal aku adalah perempuan seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh". Para malaikat itu berkata: "Apakahkamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah" (QS 11:71-73).
Kedua, keberkahan dalam soal makanan yakni makanan yang halal dan thayyib, hal ini karena ulama ahli tafsir, misalnya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana yang disebutkan dalam firman surat Al A’raf: 96 di atas adalah rizki yang diantara rizki itu adalah makanan. Yang dimaksud makanan yang halal adalah disamping halal jenisnya juga halal dalam mendapatkannya, sehingga bagi orang yang diberkahi Allah, dia tidak akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh nafkah. Disamping itu, makanan yang diberkahi juga adalah yang thayyib, yakni yang sehat dan bergizi sehingga makanan yang halal dan tayyib itu tidak hanya mengenyangkan tapi juga dapat menghasilkan tenaga yang kuat untuk selanjutnya dengan tenaga yang kuat itu digunakan untuk melaksanakan dan menegakkan nilai-nilai kebaikan sebagai bukti dari ketaqwaannya kepada Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS 5:88).
Karena itu, agar apa yang dimakan juga membawa keberkahan yang lebih banyak lagi, meskipun sudah halal dan thayyib, makanan itu harus dimakan sewajarnya atau secukupnya, hal ini karena Allah sangat melarang manusia berlebih-lebihan dalam makan maupun minum, Allah Swt berfirman yang artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indak di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (7:31).
Ketiga, berkah dalam soal waktu yang cukup tersedia dan dimanfaatkannya untuk kebaikan, baik dalam bentuk mencari harta, memperluas ilmu maupun memperbanyak amal yang shaleh, karena itu Allah menganugerahi kepada kita waktu, baik siang maupun malam dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam setiap harinya, tapi bagi orang yang diberkahi Allah maka dia bisa memanfaatkan waktu yang 24 jam itu semaksimal mungkin sehingga pencapaian sesuatu yang baik ditempuh dengan penggunaan waktu yang efisien. Sudah begitu banyak manusia yang mengalami kerugian dalam hidup ini karena tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, sementara salah satu karakteristik waktu adalah tidak akan bisa kembali lagi bila sudah berlalu, Allah berfirman yang artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS 103:1-3).
Karena itu, bagi seorang muslim yang diberkahi Allah, waktu digunakan untuk bisa membuktikan pengabdiannya kepada Allah Swt, meskipun dalam berbagai bentuk usaha yang berbeda, Allah berfirman yang artinya: Demi malam apabila menutupi, dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (harta di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (92:1-7).
KUNCI KEBERKAHAN.
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa sebagai seorang muslim, keberkahan dari Allah untuk kita merupakan sesuatu yang amat penting. Karena itu, ada kunci yang harus kita miliki dan usahakan dalam hidup ini. Sekurang-kurangnya, ada dua faktor yang menjadi kunci keberkahan itu.
Iman dan Taqwa Yang Benar.
Di dalam ayat di atas, sudah dikemukakan bahwa Allah akan menganugerahkan keberkahan kepada hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Semakin mantap iman dan taqwa yang kita miliki, maka semakin besar keberkahan yang Allah berikan kepada kita. Karena itu menjadi keharusan kita bersama untuk terus memperkokoh iman dan taqwa kepada Allah Swt. Salah satu ayat yang amat menekankan peningkatan taqwa kepada orang yang beriman adalah firman Allah yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwadan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri/muslim (QS 3:102).
Keimanan dan ketaqwaan yang benar selalu ditunjukkan oleh seorang mu’min dalam bentuk melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, baik dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain. Tegasnya keimanan dan ketaqwaan itu dibuktikan dalam situasi dan kondisi yang bagaimananpun juga dan dimanapun dia berada.
Berpedoman kepada Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber keberkahan sehingga apabila kita menjalankan pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan berpedoman kepadanya dalam berbagai aspek kehidupan, nicaya kita akan memperoleh keberkahan dari Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya? (QS 21:50, lihat juga QS 38:29.6:155).
Karena harus kita jalankan dan pedomani dalam kehidupan ini, maka setiap kita harus mengimani kebenaran Al-Qur’an bahwa dia merupakan wahyu dari Allah Swt sehingga tidak akan kita temukan kelemahan dari Al-Qur’an, selanjutnya bisa dan suka membaca serta menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut aspek pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa.
Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa, keberkahan dari Allah yang kita dambakan itu, memperolehnya harus dengan berdo’a dan berusaha yang sungguh-sungguh, yakni dalam bentuk memantapkan iman dan taqwa serta selalu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidup ini.
Minggu, 18 Agustus 2013
KEKUASAAN ADALAH AMANAT ALLAH
Kemerdekaan mempunyai makna yang luas, artinya bahwa bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk mengatur sendiri berbagai, segi kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk kehidupan politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. Kalau pada masa penjajahan belanda umat Islam diatur oleh bangsa lain, sejak tahun 1945, semua diatur oleh umat Islam sendiri dengan leluasa. Tak ada lagi pembatasan untuk mengamalkan apa yang diyakini dalam hati.
Bagi umat Islam, apa makna kemerdekaan ditinjau dari sudut syariat? Kemerdekaan adalah salah satu nikmat yang diberikan Allah SWT. Nikmat itu hendaklah dipandang sebagai suatu amanat atau titipan dari Allah SWT kepada kita. karena itu Al-Qur'an dalam surat An-Nisa ayat 58 mengingatkan:
"Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang layak menerimanya. Apabila kamu mengadili diantara manusia, bertindaklah dengan adil, Sungguh Allah mengajar kamu dengan sebaik-baiknya, karena Allah Maha Mendengar, Maha Melihat"
Kalau ada diantara kita yang memegang amanat, dalam bentuk kekuasaan, atau kewenangan; apakah sebagai lurah,camat, bupati, gubernur, atau jabatan lain, maka semua itu hakikatnya memegang amanah yang harus disampaikan kepada yang berhak.
Dalam arti yang lebih luas, kemerdekaan itu amanah yang diberikan Allah sebagai karunia-Nya kepada segenap manusia sebagai individu dn sebagai warga negara RI. Karena itu, adalah menjadi kewajiban untuk memelihara kemerdekaan ini dengan cara sebaik-baiknya. Dengan demikian, inilah makna kita pandai menyukuri nikmat dari Allah dalam bentuk kemerdekaan. Dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7 disebutkan:
Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: "Jika kamu bersyukur, Aku akan memberi tambahan (karunia) kepadamu; tetapi jika kamu tidak bersyukur, sungguh adzab-Ku dasyat sekali"
Maksud ayat diatas, memerintahkan manusia agar pandai menyukuri nikmat Allah; antara lain nikma0t kemerdekaan. Artinya mensyukuri nikmat disini bukan hanya mengucapkan lafadh 'alhamdulillah' seperti biasa diucapkan, tapi harus menggunakan nikmat itu sesuai perintah-Nya. Kemerdekaan harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup bangsa Indonesia baik spirritual maupun material.
Sebagai disebutkan dalam ayat tadi, arti kufur nikamt dapat dipahami; orang yang mendapat karunia Allah, tapi menggunakn nikmat itu tidak sesuai dengan jalan yang diperintahkan-Nya. Dengan kata lain, telah menyimpang dari ajaran Allah SWT, atau menyalahgunakan nikmat.
Peran umat Islam dalam bernegara adalah menjalankan prinsip-prinsip yang dijalankan Al-Qur'an, yaitu prinsip Islam dalam bermasyarakat dan bernegara. Prinsip-prinsip tersebut dapat disimak dalam surat An-Nisa ayat 59:
"Hai orang-orang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasulullah dan mereka yang memegang kekuasaan diantara kamu. Jika kamu berselisih mengenai sesuatu kembalikanlah kepada Allah dan Rosul-Nya, kalau kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Itulah yang terbaik dan penyelesaian yang tepat."
"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah," yaitu menjalankan perintah Allah yang telah diwahyukan-Nya melalui Al-qur'an. "Taatlah pula kepada Rosulullah saw, yang telah membimbing kita melalui ajaran-ajaranya", yang disebut sunah Rosulullah, adalah yang merupakan penjelasan terhadap Al-Qur'an. "Dan kepada orang-orang yang berwenang di antara kamu", artinya umat Islam wajib taat kepada kalangan kita yang kebetulan memegang otoritas baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam bidang lain.
Tetapi prinsip ketaatan dalam Islam ini bersifat tanpa reserve. Artinya, pemimpin itu harus ditaati hanya selama dia menjalankan perintah Allah. Kalau dalam menjalankan kekuasaanya tidak cocok dengan perintah Allah dan Rosul-Nya, tidk ada keharusan untuk taat kepadanya. Dalam haditsnya, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya ketaatan itu dalam hal-hal yamg ma'ruf (baik)".
Kalau kita diminta, baik langsung ataupun tidak langsung untuk bersikap taat dalam hal-hal yang munkarat, maka tidak harus menaatinya. Bahkan wajib melawnya, sebagai bukti penentangan.
Kecuali hal di atas, tugas umat Islam sangat penting adalah mengentaskan kemiskinan, terutama dikalangan umat Islam sendiri. Ajaran Islam telah menawarkan berbagai konsep pengentasan kemiskinan dan konsep itu saya namakan lembaga-lembaga sosial Islam. Yang sudah dikenal adalah: zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, wasiat, qurban dan aqiqah. Semua lembaga itu mengajarkan agar seluruh umat Islam berperan serta mengentaskan kemiskinan, Salah satu pesan Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 19: "Dan dlam harta mereka (selalu ingat) akan hak (orang miskin) yang meminta, dan yang (karena suatu alasan) tak mau meminta".
Jadi inilah yang dimaksud Zakat. Zakat sebenarnya adalah hak bagi orang miskin. Kemudian infaq dan shodaqoh, dan sebagainya adalh merupakan hal yang sangat dianjurkan. Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagi perwujudan sikap syukur kepada Allah yang telah menganugerahkan nikmat yang tiada ternilai harganya untuk umat Islam Indonesia, yaitu kemerdekaan.
KEKUATAN DALAM KETENANGAN
Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi
petunjuk orang-orang yang taubat kepada-Nya. Yaitu orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah.
Sadarilah hanya dengan mengingat Allah hati akan tenang. (Ar-Ra’d: 27-28).
Ayat di atas dipetik dari surat Ar-Ra’d yang berarti guruh. Disebut
surat Ar-Ra’d karena ada bagian yang menyinggung tentang guruh, yakni
pada ayat ke-13 yang berbunyi, Dan guruh itu bertasbih sambil memuji
Allah. Ayat ini memberi pelajaran kepada manusia bahwa guruh pun
bertasbih, apalagi semestinya manusia.
Sedangkan ayat ke-27 dan 28 yang tertera di atas menjelaskan bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) akan memberi petunjuk dan bimbingan kepada
orang-orang yang bertaubat kepada-Nya. Artinya, orang-orang yang sadar
lalu kembali ke jalan Allah; orang-orang yang telah menyesali
perbuatan-perbuatan tercela yang pernah dilakukannya.
Dijelaskan dalam ayat ke-28 bahwa, “Yaitu orang-orang yang beriman.”
Artinya, dengan bertaubat itu berarti kembali memasuki kancah
keberimanan atau kembali melakukan kewajiban-kewajiban sebagai orang
beriman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak mengingat Allah sehingga
tidak mudah lagi terpeleset dari jalan petunjuk. Dalam keadaan demikian
itu, jiwanya menjadi tenang dan tenteram, karena memang ada jaminan
dalam lanjutan ayat itu bahwa, “Dengan banyak mengingat Allah hati akan
tenteram.”
Orang yang telah melalui proses ini yaitu menyongsong gerbang taubat
dan memasuki istana iman--lalu memanfaatkan kondisi tersebut untuk
selalu mengingat Allah, maka itulah orang yang telah mendapat
kebahagiaan yang tiada bandingannya. Apalagi dalam kondisi seperti
sekarang ini, ketenangan jiwa sungguh sangat mahal harganya. Bukankah
disekitar kita sekarang penuh dengan hal-hal yang memproduksi
kegelisahan,kecemasan, keputusasaan, keraguan, duka cita, dan lain sebagainya?
Kalau kita tidak memiliki ketenangan jiwa, tidak memiliki pegangan kuat, dan
tidak mempunyai pandangan, niscaya mudah terombang-ambing.
Ketenangan jiwa membuat orang dapat hidup tenang. Inilah yang sangat
diperlukan pada situasi seperti sekarang, di tengah-tengah gelombang
kehidupan yang serba tidak menentu. Apalagi bagi seorang pemimpin yang
bercita-cita mewujudkan kecerah-ceriaan masa depan bagi negeri yang
sedang terpuruk ini. Hanya orang yang memiliki ketenangan jiwa yang
dibalut oleh iman dan dzikrullah yang dapat berpikir tenang;
berpandangan jitu, dan mampu membuat program yang mengenai sasaran
untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan.
Sekarang ini kita bukannya miskin manusia intelek, tetapi ibu-ibu di
negeri ini tidak subur rahimnya untuk melahirkan insan-insan yang
memiliki jiwa dan pikiran tenang. Yaitu insan yang tidak terkontaminasi
dengan virus kegelisahan, kecemasan, keputusasaan, dan keraguan.
Hendaknya secuil ketenangan jiwa yang telah kita peroleh bisa
senantiasa dipelihara, kita pupuk dengan shalat, shiyam, baik yang fardhu atau
yang sunnah, infaq, dzikir, dan tadabbur (telaah) Al-Qur'an. Insya Allah
semua itu akan menghidupkan hati, menenangkan jiwa, membuka pikiran,
dan meluruskan langkah. Lebih jauh dari itu, akan mengantar kita agar dapat
terhindar dari kesulitan di akhirat, yang sekaligus akan mempermudah
kita dalam urusan dunia ini.
Sekarang ini kita tidak mengharapkan lahirnya pakar manajemen yang
telah menghabiskan separoh umurnya belajar dari satu negara ke negara yang
lain, namun kering dari nilai-nilai wahyu. Tapi yang diharapkan adalah
yang tercerahkan dengan wahyu dan kaya dengan bahan perbandingan.
Kita bisa belajar dari sejarah. Kaisar Romawi, Heraclius, beberapa saat
setelah pasukannya dipukul mundur oleh tentara Muslim, dia bertanya
kepada pembesar-pembesarnya, “Kabarkanlah kepadaku tentang kaum
Muslimin yang memerangi kalian itu. Bukankah mereka juga manusia seperti
kalian?”
Pembesarnya menjawab, “Benar.”
Kaisar bertanya lagi, “Lalu mana yang lebih banyak jumlahnya, kalian
atau mereka?”
Para pembesar menjawab, “Jumlah kami lebih banyak.”
Kaisar melanjutkan pertanyaannya, “Kenapa kalian bisa kalah?”
Seorang tua di kalangan pembesar menjawab, “Karena tentara Islam shalat
di malam hari dan berpuasa di siang hari, mereka menepati janji,
melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar, saling membagi, tidak saling
mementingkan diri. Yang menyebabkan kita kalah karena kita gemar minum
khamr, berzina, suka melakukan yang haram, terbiasa melanggar janji,
mudah marah, berbuat zhalim, memerintah dengan kekerasan, mencegah dari
hal yang diridhai Allah, dan kita banyak berbuat kerusakan di muka bumi
ini.”
Kaisar Heraclius berkata, “Lewat keteranganmu ini membuat aku yakin
bahwa kita memang pantas dikalahkan oleh mereka, dan mereka akan
merebut dan menguasai tempat berpijak kedua telapak kakiku ini.”
Kita dapat melihat bahwa kemenangan yang dicapai ummat Islam bukan
hanya dengan mengandalkan persenjataan yang lengkap dan jumlah personil yang
banyak, tapi terletak pada ketaatan dan kepatuhan berpegang teguh pada
ajaran yang dianutnya. Dalam kondisi genting pun tetap menjaga moral
dan mematuhi norma-norma yang telah digariskan untuknya. Mereka memiliki
ketenangan jiwa dan pikiran jernih, baik panglima perangnya ataupun
perajurit-prajuritnya. Mereka mampu menahan diri melihat lawannya
berpesta khamar dan melampiaskan nafsu seksnya. Kaum Muslimin sadar
bahwa dalam ketenangan dan pengendalian dirilah terletak potensi maha
raksasa untuk mencapai kemenangan.
Wallahu a’lam.* (Manshur Salbu/Hidayatullah)
KEKUATAN DO'A
Doa itu keluar dari mulut `Amru bin Jamuh, ketika ia bersiap-siap mengenakan baju perang dan bermaksud berangkat bersama kaum Muslimin ke medan Uhud. Ini adalah kali pertama bagi `Amru terjun ke medan perang, karena dia kakinya pincang. Di dalam Al-Quran disebutkan: "Tiada dosa atas orang-orang buta, atas orang-orang pincang dan atas orang sakit untuk tidak ikut berperang." (Qs Al-Fath:17)
Karena kepincangannya itu maka `Amru tidak wajib ikut berperang, di samping keempat anaknya telah pergi ke medan perang. Tidak seorangpun menduga `Amru dengan keadaannya yang seperti itu akan memanggul senjata dan bergabung dengan kaum Muslimin lainnya untuk berperang.
Sebenarnya, kaumnya telah mencegah dia dengan mengatakan: "Sadarilah hai `Amru, bahwa engkau pincang. Tak usahlah ikut berperang bersama Nabi saw."
Namun `Amru menjawab: "Mereka semua pergi ke surga, apakah aku harus duduk-duduk bersama kalian?"
Meski `Amru berkeras, kaumnya tetap mencegahnya pergi ke medan perang. Karena itu `Amru kemudian menghadap Rasulullah Saw dan berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah. Kaumku mencegahku pergi berperang bersama Tuan. Demi Allah, aku ingin menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini."
"Engkau dimaafkan. Berperang tidak wajib atas dirimu." Kata Nabi mengingatkan.
"Aku tahu itu, wahai Rasulullah. Tetapi aku ingin berangkat ke sana." Kata `Amru tetap berkeras.
Melihat semangat yang begitu kuat, Rasulullah kemudian bersabda kepada kaum `Amru: "Biarlah dia pergi. Semoga Allah menganugerahkan kesyahidan kepadanya."
Dengan terpincang-pincang `Amru akhirnya ikut juga berperang di barisan depan bersama seorang anaknya. Mereka berperang dengan gagah berani, seakan-akan berteriak: "Aku mendambakan surga, aku mendambakan mati: sampai akhirnya ajal menemui mereka.
Setelah perang usai, kaum wanita yang ikut ke medan perang semuanya pulang. Di antara mereka adalah "Aisyah. Di tengah perjalanan pulang itu `Aisyah melihat Hindun, istri `Amru bin Jamuh sedang menuntun unta ke arah Madinah. `Aisyah bertanya: "Bagaimana beritanya?"
"Baik-baik , Rasulullah selamat Musibah yang ada ringan-ringan saja. Sedang orang-orang kafir pulang dengan kemarahan, "jawab Hindun.
"Mayat siapakah di atas unta itu?"
"Saudaraku, anakku dan suamiku."
"Akan dibawa ke mana?"
"Akan dikubur di Madinah."
Setelah itu Hindun melanjutkan perjalanan sambil menuntun untanya ke arah Madinah. Namun untanya berjalan terseot-seot lalu merebah.
"Barangkali terlalu berat," kata `Aisyah.
"Tidak. Unta ini kuat sekali. Mungkin ada sebab lain." Jawab Hindun.
Ia kemudian memukul unta tersebut sampai berdiri dan berjalan kembali, namun binatang itu berjalan dengan cepat ke arah Uhud dan lagi-lagi merebah ketika di belokkan ke arah Madinah. Menyaksikan pemandangan aneh itu, Hindun kemudian menghadap kepada Rasulullah dan menyampaikan peristiwa yang dialaminya: "Hai Rasulullah. Jasad saudaraku, anakku dan suamiku akan kubawa dengan unta ini untuk dikuburkan di Madinah. Tapi binatang ini tak mau berjalan bahkan berbalik ke Uhud dengan cepat."
Rasulullah berkata kepada Hindun: "Sungguh unta ini sangat kuat. Apakah suamimu tidak berkata apa-apa ketika hendak ke Uhud?"
"Benar ya Rasulullah. Ketika hendak berangkat dia menghadap ke kiblat dan berdoa: "Ya Allah, janganlah Engkau kembalikan aku ke keluargaku dan limpahkanlah kepadaku kesyahidan."
"Karena itulah unta ini tidak mau berangkat ke Medinah. Allah SWT tidak mau mengembalikan jasad ini ke Madinah" kata beliau lagi.
"Sesungguhnya diantara kamu sekalian ada orang-orang jika berdoa kepada Allah benar-benar dikabulkan. Diantara mereka itu adalah suamimu, `Amru bin Jumuh," sambung Nabi.
Setelah itu Rasulullah memerintahkan agar ketiga jasad itu dikuburkan di Uhud. Selanjutnya beliau berkata kepada Hindun: "Mereka akan bertemu di surga. `Amru bin Jumuh, suamimu; Khulad, anakmu; dan Abdullah, saudaramu."
"Ya Rasulullah. Doakan aku agar Allah mengumpulkan aku bersama mereka,: kata Hindun memohon kepada Nabi.
KEUTAMAAN MEMBACA ALQUR'AN
Dari Abu Musa Al-Asy`arit berkata, Rasulullah bersabda: "Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur`an bagaikan buah limau baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan kurma, rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur`an bagaikan buah raihanah yang baunya harum dan rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan buah hanzholah tidak berbau dan rasanya pahit." Muttafaqun `Alaihi.
Merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan Al Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca Al Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk mengairahkan serta menghidupkan kembali kegairahan kita dalam membaca Al Qur`an, kami sampaikan beberapa keutamaan membaca Al Qur`an sebagai berikut :
1. Manusia yang terbaik.
Dari `Utsman bin `Affan, dari Nabi bersabda : "Sebaik-baik kalian yaitu orang yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya." H.R. Bukhari.
2. Dikumpulkan bersama para Malaikat.
Dari `Aisyah Radhiyallahu `Anha berkata, Rasulullah bersabda : "Orang yang membaca Al Qur`an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua ganjaran." Muttafaqun `Alaihi.
3. Sebagai syafa`at di Hari Kiamat.
Dari Abu Umamah Al Bahili t berkata, saya telah mendengar Rasulullah bersabda : "Bacalah Al Qur`an !, maka sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya)." H.R. Muslim.
4. Kenikmatan tiada tara
Dari Ibnu `Umar t, dari Nabi bersabda : "Tidak boleh seorang menginginkan apa yang dimiliki orang lain kecuali dalam dua hal; (Pertama) seorang yang diberi oleh Allah kepandaian tentang Al Qur`an maka dia mengimplementasikan (melaksanakan)nya sepanjang hari dan malam. Dan seorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta maka dia infakkan sepanjang hari dan malam." Muttafaqun `Alaihi.
5. Ladang pahala.
Dari Abdullah bin Mas`ud t berkata, Rasulullah e : "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan "Alif lam mim" itu satu huruf, tetapi "Alif" itu satu huruf, "Lam" itu satu huruf dan "Mim" itu satu huruf." H.R. At Tirmidzi dan berkata : "Hadits hasan shahih".
6. Kedua orang tuanya mendapatkan mahkota surga
Dari Muadz bin Anas t, bahwa Rasulullah e bersabda : "Barangsiapa yang membaca Al Qur`an dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua orangtuanya pada Hari Kiamat kelak. (Dimana) cahayanya lebih terang dari pada cahaya matahari di dunia. Maka kamu tidak akan menduga bahwa ganjaran itu disebabkan dengan amalan yang seperti ini. " H.R. Abu Daud.
Selasa, 05 Maret 2013
proposal budidya ikan lele
PROPOSAL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE
Disusun oleh:………
YUDA IRAWAN
TAHUN 2013
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk menambah pendapatan serta menambah pengalaman daam bidang usaha perikanan. Sehingga bisa tahu seperti apausaha perikanan itu.
Pembangunan perikanan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan demi tercapainya kesejahteraanbaik untuk individu maupun kelompok.
Strategi pembangunan usaha ini merupakan perpaduan pemerataan dan pertumbuhan secara berkesinambungan melalui pembangunan kelompok-kelompok dengan menerapkan cara distribusi dan pemasaran yang kelompok bisnis perikanan.
Untuk mencapai keberhasilan dari pembangunan usaha dalam mewujudkan tingkat keberhasian yang memuaskan dan bermanfaat.
Dengan memanfaatkan ketersediaan lahan, dan sudah ada kolam yang tak terpakai dibelakang rumah sodara dedi januar maka kami memutuskan untuk membuat usaha disitu dan berpeluang untuk berhasil sudah tentu ada melihat selama ini banyak yang sudah berhasil. Namun salah satu pembatas dalam pencapaian keberhasilan usaha perikanan yaitu permodalan yang terbatas.
Sehubungan kendala yang kami hadapi kami bermaksud mengajukan proposal untuk terpenuhinya kebutuhan bagi usaha budidaya Ikan Lele yang akan kami lakukan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pengajuan proposal ini adalah :
a. Untuk memperkuat permodalan dalam usaha budidaya Ikan Lele .
b. Untuk mengembangkan sumber daya yang memadai pada sub sektor perikanan.
c. Untuk meningkatkan pendapatan.
d. Untuk meningkatkan motipasi kami untuk membuat usaha lebih maju.
1.3. Sasaran
Sasarannya adalah penguatan modal dapat tercapai usaha perikanan yang kami jalankan.
II. KEADAAN USAHA PERIKANAN
2.1 Keadaan Umum
Budidaya ikan terhitung sudah banyak dilakukan dan banyak juga yang berhasil, untuk itu kami ingin membuat usaha ini karena kami melihat dipasaran masih banyak peluang untuk usaha ini dan tinggkat keberhasilanya boleh dikatakan tinggi.
Namun pada aspek non teknis yaitu dalam hal permodalan merupakan kendala dalam pengembangan usaha budidaya perikanan Ikan Lele ini sehingga kami kesulitn.
2.2 Keadaan Usaha
Usaha ini bergerak pada budidaya pembesaran Ikan Lele yang bertempat dikediaman sodara dedi januar tepat nya di 15a dan terdapat 2 unit kolam baik untuk pembesaran dan pembibitan.
III. KEBUTUHAN MODAL USAHA
Pengembangan usaha pembesaran Ikan Lele membutuhkan modal usaha:
a. Pembelian benih ikan lele ukuran 8-12 cm sebanyak 100kg @ Rp. 20.000
b. Pembelian Pakan 200kg x Rp. 8000
c. Biaya operasional
Rp. 2.000.000
Rp. 1.600.000
Rp. 1.000.000
JUMLAH Rp. 4.600.000
e. Perkiraan penerimaan hasil
Hasil penjualan 1000kg dengan ukuran per kg 4-5 ekor @Rp. 12.000 (mortalitas 15%) selama 3 bulan pemeliharaan: Rp. 12.000.000, - keuntungan dari hasil penjualan:
Rp. 12.000.000 – Rp. 4.600.000 = Rp. 7.400.000
Dengan demikian selama 3 bulan perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp. 740.000 ( tujuh ratus empat puluh ribu rupiah)
Apabila melihat perhitungan di atas, maka menunjukan keuntungan dari hasil pemasaran ikan lele sangat menguntungkan untuk dijadikan usaha demi mendapat memenuhi kebutuhan.
V. PENUTUP
Dari apa yang tertuang di atas pada usaha budidaya Ikan lele memiliki prospek yang cukup baik dan menguntungkan serta dapat memberikan peningkatan pendapatan kami ataupun untuk mereka-mereka yang melakukan usaha yang sama.
Demikian proposal ini dibuat dan diajukan kepada ketua LKK kampus DCC metro dari kami mahasiswa yang mengikuti program kewirausahaan memohon dapat berkenan serta mengabulkannya permohonan kami.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Lampiran2
Langganan:
Postingan (Atom)